LEADERSHIP IN PSYCHOLOGY AND AL-QUR’AN
Siti hamidah (11410138)
1.
Ayat Alqur’an that
have a corelation with theme (leadership)
وَ إِذْ قَالَ رَبُّكَ
لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْا أَتَجْعَلُ
فِيْهَا مَن يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَ نَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَ نُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّيْ أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُوْن
|
And (remember) when your Lord said to the angels: 'I am about to make a
vicegerent on earth. They said: Do you want to make him the person in
his or her damage and shed blood, while we glorify You with praise and glorify
You? He said: Surely I know that which
ye know not.
(Al-Baqoroh 30)
2.
Make a definition about theme in psychology or
Alquran. !
a)
In meaning verses
of the Qur 'a n: said in rendering
above that God would send a
leader to earth.
If we see through
interpretation verses of the Qur 'n is a tekstual. We
glued on text of the Qur 'a n. That leader is is
creation that will set and
process earth and
make earth as
What can in his
hand. (With see answer
from 'They')
b) In psychology: psychology view there
is three element important
in leadership
namely ability to
influencing others, subordinate or groups,
ability direct behavior subordinate
or others.
And achievement destination organization or group
with subordinates.
c) According to Young ( Kartono, 2003) defition of leadership namely
form dominance is based above ability
personality capable encourage or
invite others to do
something that is based on acceptance by group,
and have expertise appropriate
special for special situations.
d) Lester
(2002) defines leadership as art
affect and direct
person with way
obedience, confidence, respect and work
same excited in
achieve destination together.
3.
Leadership
perspective psychology :
a)
Henry Murray, a expert psychology.
Developing trait theory known with Personologi,
he explain that in
assess personality someone there
is three principal Importantly,
the first process psychological very depend
on process
physiological, such as structure brain
and so,
the second Embracing the principle of
all principle, meaning people behave to
find tension and
causal is generation satisfaction. And last is
Longitudinal organization. So in understand
personality someone should
know what's happening period then
period now and
hope on period
front. As dynamics personality
in theory
this murray said
that personality very in
affect by needs. And
one one needs in theory this
is "N
EED FOR DOMINANCE" or needs to
master. Needs this organize
various process like
perception, thinking, and do to
change from conditions
satisfy be satisfying.
Needs master because someone
have confidence self and
curiosity admired. Needs this cover
desire to control
others, affect with suggestion,
persuasion, or command, make others do what
he ruled. To be treated as leader.
b) Abraham
Maslow.
Is a figure psychology,
theory its very typical is
theory hierarchy needs.
According to someone in life
in behave
according to needs in
hierarchy is, someone who have pass through stages
early will capable
up to
needs further. Needs needs it
is needs
physiological namely eating,
drinking, sugar, salt. Needs security
cover stability, protection, structure law, order, limit, freedom from fear and
anxious, then needs owned
and love
cover feeling owned
or be
section from group
social and love
be destination
dominant. People very sensitive
with loneliness, exile, rejected environment, and loss friend
or loss
of love. Needs this continue
take place during life.
further needs price themselves.
Ad two kind needs
price self namely
appreciate self own
and be
valued by others. And
last is needs actualization
themselves. Where someone capable
see what
shortcomings and can
do. Later cover kekuranganya with maximize
kelebihanya. Leadership in theory
this is people
who have capable actualize themselves.
A leader not will
can be
leader except he
capable through needs
basic others. Example: people who do not responsible in their
environtment not will capable
be a
leader, because a leader
is people
are valued, and in admit by
other people, their opinions in hear
and in
love by others.
4. a) Psychology
and leadership according to the Qur'an there is a difference. In the
psychology of a good leader is a person who is no longer in need of basic
needs. So someone who is worthy of being a leader
is a person who had perfected his physiological needs, safety, self-esteem, and
love, the fulfillment of the above requirements, a person will be able to
mengaktualisasika himself. Able to maximize the
working period. Whereas in other psychological
theories, henry murray said that being a capable master is an instinctive need.
Without having looked at the quality of the person.
whereas in Al-Qu'an so many provisions to be a leader.
And this has been specified in the Qur'an without human
intervention. Ie people who have the perfection
of science, consistent with the law of God, do not accept bribes, no doubt the
people, gentle, open and receptive to criticism, advised the people, always
there when needed, fair, not asked for the post, man, sincere intentions.
My opinion Qur'an has outlined provisions to be a leader,
is so obvious that if we do not have any doubt doing leadership, but it is one
that is able to cover all of these things have to pass the majority of the
things that describe by Maslow. By being able to
pass these things according to Maslow then someone would his life is no longer
busy. He will focus on what is entrusted to him.
And Allah knows best
5.
Perkelahian antara kakak yang berumur enam tahun dengan adiknya yang
baru menginjak empat tahun, adalah hal yang biasa terjadi. Kakak yang
kerap memancing perkelahian dengan tingkahnya yang usil menggoda adiknya
dengan sengaja pun juga hal yang biasa. Nampaknya, kakak baru merasa
puas jika telah dilihatnya si adik menangis setelah diganggunya.
Tindakan seorang kakak yang secara sengaja membuat persoalan untuk memancing adiknya agar menangis, adalah salah satu contoh naluri kepemimpinan yang ada dalam diri anak-anak. Mereka ingin menunjukkan kekuasaannya kepada mereka yang lebih muda usianya, atau yang lebih kecil badannya. Tindakan ini, sepanjang tidak berlebihaan, adalah merupakan tindakan wajar, dan semestinya orangtua bisa mentolerir nafsu kakak untuk menunjukkan dominasi ini kepada adiknya. Tak perlu memarahi kakak dengan berlebihan, namun sebaiknya disalurkan saja keinginan untuk dominan ini kepada hal-hal positif, dengan mengajak kakak melakukan tugas-tugas mengorganisir sesuatu.
Orangtua hendaknya memahami, ada beberapa anak memiliki naluri kepemimpinan yang lebih menonjol disbanding anak lainnya, yang dinampakkan dengan cara mereka menguasai teman-temannya, walaupun itu dilakukan dengan cara yang negative. Orangtua tak perlu mematikan jiwa kepemimpinannya, hanya tinggal mengarahkannya ke sisi positif saja.
Jika putra Anda termasuk anak yang suka menyuap teman-temannya yang lain agar mau mengikuti kemauannya, mengerjakan tugas-tugasnya, miosalnya, jangan dulu terlalu khawatir. Naluri mereka untuk mengorganisir dan memerintah teman2nya belum tentu negative, tinggal dialihkan saja untuk hal-hal positif di antara mereka.
Beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan yang positif pada diri anak, antara lain;
1. Teladan
Sedari kecil, Muhammad saw telah banyak belajar sifat kepemimpinan dari teladan yang diberikan kakeknya, Abu Thalib. Dilihatnya betapa kakeknya itu sangat berwibawa, tegas, namun tetap mau mendengar perkataan orang lain, dan senantiasa kasih saying padanya. Kakeknya yg menjadi pemimpin Mekkah saat itu, senantiasa menyambut dengan senang kedatangan Muhammad kecil jika menghadiri majelis kakeknya tsb dan menyediakan tempat khusus baginya di sisi kakeknya itu.
2. Peduli
Ajaklah anak untuk senantiasa peka dan peduli pada masalah lingkungan. Orangtua bisa lebih banyak meluangkan waktu untuk mengajak anak membicarakan masalah yang terjadi di kelas, di sekolah, juga yang terjadi pada teman-teman sekolah, teman sepermainan, bahkan juga masalah-masalah yang sedang actual terjadi dan diperbincangkan melalui media massa. Pancing mereka untuk mendiskusikan permasalahan tersebut, tanyakan bagaimana perasaannya, apa pendapatnya, serta tindakan nyata apa yang bisa ia lakukan untuk mebantu menemukan solusinya.
3. Empati
Jika anak memiliki kepadaian untuk berempati, atau merasakan perasaan orang lain, tentunya mereka tak akan sewenang-wenang berbuat segala sesuatu. Walaupun berempati tidak selalu berarti bahwa mereka harus mengikuti keinginan teman-temannya, namun dengan berempati, mengetahui perasaan dan memahami pendapat serta keinginan teman yang beragam, anak akan lebih hati-hati dan bijak dalam menentukan sesuatu.
4. Jiwa melayani
Nafsu dan kemampuan memimpin orang lain, baru akan sempurna jika didasarkan pada jiwa melayani. Jika tidak, hanya naluri egoistis sematalah yang berbicara. Orangtua harus sering mengajak anak berdialog untuk memahamkan bahwa posisi mereka sebagai pemimpin bukan berarti kesempatan untuk memerintah teman, memanfaatkan kedudukan untuk kepentingan sendiri, namun justru memposisikan diri sebagai orang yang akan paling banyak berbuat untuk kepentingan orang lain serta kepentingan bersama. Dalam setiap kegiatan, dorong mereka untuk memikirkan kebutuhan orang lain lebih dulu. Jika ada yang hendak dibagi, dirinya harus mendapatkan kesempatan terakhir untuk memilih,setelah teman2 lain yang dipimpinnya.
5. Ketrampilan mengorganisasi
Anak bisa dilatih ketrampilan berorganisasi dengan memberinya kesempatan mengelola proyek-proyek kecil di rumah maupun di sekolah. Seperti mengorganisasi rekreasi keluarga, pertemuan halal bihalal keluarga besar, atau rencana syukuran hari kelahiran keluarga. Di sekolah bisa dilatih dengan proyek membuat rekaman drama kelompok, rihlah kelas, bakti social siswa, dsb. Jika anak sering terlibat dalam kepanitiaan seperti ini, walau terbatas dan kecil, akan mengasah kedewasaan mental serta ketrampilan mereka dalam mengurus kepentingan orang banyak.
Tindakan seorang kakak yang secara sengaja membuat persoalan untuk memancing adiknya agar menangis, adalah salah satu contoh naluri kepemimpinan yang ada dalam diri anak-anak. Mereka ingin menunjukkan kekuasaannya kepada mereka yang lebih muda usianya, atau yang lebih kecil badannya. Tindakan ini, sepanjang tidak berlebihaan, adalah merupakan tindakan wajar, dan semestinya orangtua bisa mentolerir nafsu kakak untuk menunjukkan dominasi ini kepada adiknya. Tak perlu memarahi kakak dengan berlebihan, namun sebaiknya disalurkan saja keinginan untuk dominan ini kepada hal-hal positif, dengan mengajak kakak melakukan tugas-tugas mengorganisir sesuatu.
Orangtua hendaknya memahami, ada beberapa anak memiliki naluri kepemimpinan yang lebih menonjol disbanding anak lainnya, yang dinampakkan dengan cara mereka menguasai teman-temannya, walaupun itu dilakukan dengan cara yang negative. Orangtua tak perlu mematikan jiwa kepemimpinannya, hanya tinggal mengarahkannya ke sisi positif saja.
Jika putra Anda termasuk anak yang suka menyuap teman-temannya yang lain agar mau mengikuti kemauannya, mengerjakan tugas-tugasnya, miosalnya, jangan dulu terlalu khawatir. Naluri mereka untuk mengorganisir dan memerintah teman2nya belum tentu negative, tinggal dialihkan saja untuk hal-hal positif di antara mereka.
Beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan yang positif pada diri anak, antara lain;
1. Teladan
Sedari kecil, Muhammad saw telah banyak belajar sifat kepemimpinan dari teladan yang diberikan kakeknya, Abu Thalib. Dilihatnya betapa kakeknya itu sangat berwibawa, tegas, namun tetap mau mendengar perkataan orang lain, dan senantiasa kasih saying padanya. Kakeknya yg menjadi pemimpin Mekkah saat itu, senantiasa menyambut dengan senang kedatangan Muhammad kecil jika menghadiri majelis kakeknya tsb dan menyediakan tempat khusus baginya di sisi kakeknya itu.
2. Peduli
Ajaklah anak untuk senantiasa peka dan peduli pada masalah lingkungan. Orangtua bisa lebih banyak meluangkan waktu untuk mengajak anak membicarakan masalah yang terjadi di kelas, di sekolah, juga yang terjadi pada teman-teman sekolah, teman sepermainan, bahkan juga masalah-masalah yang sedang actual terjadi dan diperbincangkan melalui media massa. Pancing mereka untuk mendiskusikan permasalahan tersebut, tanyakan bagaimana perasaannya, apa pendapatnya, serta tindakan nyata apa yang bisa ia lakukan untuk mebantu menemukan solusinya.
3. Empati
Jika anak memiliki kepadaian untuk berempati, atau merasakan perasaan orang lain, tentunya mereka tak akan sewenang-wenang berbuat segala sesuatu. Walaupun berempati tidak selalu berarti bahwa mereka harus mengikuti keinginan teman-temannya, namun dengan berempati, mengetahui perasaan dan memahami pendapat serta keinginan teman yang beragam, anak akan lebih hati-hati dan bijak dalam menentukan sesuatu.
4. Jiwa melayani
Nafsu dan kemampuan memimpin orang lain, baru akan sempurna jika didasarkan pada jiwa melayani. Jika tidak, hanya naluri egoistis sematalah yang berbicara. Orangtua harus sering mengajak anak berdialog untuk memahamkan bahwa posisi mereka sebagai pemimpin bukan berarti kesempatan untuk memerintah teman, memanfaatkan kedudukan untuk kepentingan sendiri, namun justru memposisikan diri sebagai orang yang akan paling banyak berbuat untuk kepentingan orang lain serta kepentingan bersama. Dalam setiap kegiatan, dorong mereka untuk memikirkan kebutuhan orang lain lebih dulu. Jika ada yang hendak dibagi, dirinya harus mendapatkan kesempatan terakhir untuk memilih,setelah teman2 lain yang dipimpinnya.
5. Ketrampilan mengorganisasi
Anak bisa dilatih ketrampilan berorganisasi dengan memberinya kesempatan mengelola proyek-proyek kecil di rumah maupun di sekolah. Seperti mengorganisasi rekreasi keluarga, pertemuan halal bihalal keluarga besar, atau rencana syukuran hari kelahiran keluarga. Di sekolah bisa dilatih dengan proyek membuat rekaman drama kelompok, rihlah kelas, bakti social siswa, dsb. Jika anak sering terlibat dalam kepanitiaan seperti ini, walau terbatas dan kecil, akan mengasah kedewasaan mental serta ketrampilan mereka dalam mengurus kepentingan orang banyak.
6. Alwisol (2011). Psikologi Kepribadian.
Malang : UMM Press
Wikipedia Bahasa
Indonesia
Saputera,
Agus (2011). Petunjuk Al-Qur’an Dalam Memilih Pemimpin oleh kemenag RI.
: Riau
AlQur’an
Diponegoro
Safitri, Eka (2009). Leadership.
Jogjakarta : enterpublishing
Modul PPAB Pagarnusa UIN Maliki
Malang
http://www.rumahcinta.org/detailartikel.php?id=8&c9f0f895fb98ab9159f51fd0297e236d
Tidak ada komentar:
Posting Komentar